Faktatoday.com – Jambi, 17 September 2025 – Suhu politik di Kota Jambi kembali memanas. Aksi unjuk rasa Jaringan Advokasi Rakyat Indonesia (JARI) hari ini menuding keras Ketua DPRD Jambi yang dianggap mengkhianati amanah rakyat dengan lebih mementingkan kepentingan partai politik dibandingkan suara warga.

Pusat kritik tajam diarahkan pada mandeknya rekomendasi pembongkaran kandang sapi dan kambing milik Sdr. Edi yang telah lama meresahkan warga. Bau menyengat, limbah, hingga potensi penyakit menjadi ancaman nyata, namun DPRD seakan memilih bungkam.

“Bagaimana mungkin DPRD yang digadang-gadang sebagai rumah rakyat justru menutup telinga terhadap penderitaan warga? Diamnya Ketua DPRD adalah bukti bahwa kursi rakyat telah berubah menjadi panggung dagang politik,” tegas Ketua Umum JARI Wandi Priyanto dalam orasinya.

Ironi semakin kentara saat mayoritas anggota DPRD justru absen dari ruang sidang ketika massa aksi datang. Kosongnya kursi rakyat di hadapan warga menjadi simbol betapa rapuhnya komitmen parlemen daerah.

JARI mendesak Ketua DPRD segera mengeluarkan rekomendasi pembongkaran kandang ternak tersebut. Menurut mereka, persoalan ini bukan sekadar soal kenyamanan, tapi juga menyangkut hak warga atas lingkungan sehat.

Sekretaris Jenderal JARI, Hendri Apriyandi, dengan suara lantang menegaskan:

“Jangan pernah bermain-main dengan kesabaran rakyat. DPRD bukanlah benteng partai, melainkan benteng aspirasi publik. Jika Ketua DPRD terus bersembunyi di balik bendera partai dan mengabaikan penderitaan warga, maka ia telah menodai demokrasi. Kami akan memastikan gelombang perlawanan rakyat tidak akan berhenti sampai keadilan ditegakkan.”

Massa aksi juga memperingatkan bahwa jabatan politik adalah mandat, bukan hak istimewa. Mengkhianati suara rakyat sama dengan meruntuhkan dasar kepercayaan demokrasi itu sendiri.

Aksi JARI hari ini menjadi alarm keras: jika parlemen tetap bungkam, rakyat akan menemukan jalannya sendiri. Dan saat itu tiba, gelombang perlawanan sosial tak lagi bisa dibendung oleh sekat gedung parlemen yang selama ini mereka jadikan benteng kekuasaan.