Seorang warga sekitar, yang enggan di sebut nama nya, mengaku sudah terbiasa dengan situasi ini, meski setiap hari harus menanggung dampaknya.

“Kalau sore, jangan harap bisa cepat sampai rumah. Kadang saya harus jalan kaki nyebrang karena motor nggak bisa lewat. Kampus besar kok bikin masyarakat sengsara,” ujarnya geram.

Universitas Jambi Dipertanyakan: Lalai atau Acuh?

Pertanyaan besar muncul: Mengapa universitas sebesar itu tidak memiliki manajemen lalu lintas yang lebih manusiawi? Mengapa ribuan mahasiswa dibiarkan keluar serentak tanpa rekayasa arus yang profesional? Dan mengapa tidak ada inisiatif membuat jalur alternatif, atau pintu keluar tambahan, untuk mengurai arus kendaraan?

Apalagi, masalah ini bukan hanya soal macet. Ia menyangkut keselamatan, waktu, dan hak publik atas jalur lalu lintas nasional. Jalan raya bukanlah fasilitas eksklusif kampus, tetapi ruang bersama yang wajib dijaga keteraturannya.

Suara Keras Aktivis

Aktivis Muaro Jambi, Hendri Apriyandi, melontarkan kritik tajam atas situasi ini.

“Kemacetan di depan Universitas Jambi bukan sekadar gangguan kecil, tapi bentuk arogansi kelembagaan. Ratusan pengguna jalan dikorbankan setiap hari karena manajemen kampus gagal mengantisipasi dampak aktivitasnya. Kalau saat wisuda, macet bisa sampai berkilo-kilometer. Ini bukan hanya mengganggu, tapi juga membahayakan. Seolah pihak universitas menutup mata,” tegasnya.

Hendri menambahkan bahwa universitas seharusnya tidak hanya mendidik di ruang kelas, tetapi juga memberi teladan dalam tata kelola ruang publik.

“Kalau kampus sebesar itu tidak mampu mengatur pintu keluar masuk mahasiswa, bagaimana bisa mengklaim sebagai lembaga modern dan berkelas dunia? Publik berhak menuntut tanggung jawab. Ini kegagalan manajemen yang nyata,” pungkasnya.

Kemacetan Saat Wisuda: Neraka Lalu Lintas

Situasi makin buruk setiap kali Universitas Jambi menggelar wisuda. Ribuan keluarga mahasiswa datang dengan kendaraan pribadi, memadati kawasan Mendalo Indah dan Mendalo Darat. Hasilnya: kemacetan panjang hingga belasan kilometer, yang melumpuhkan jalur lintas nasional.